Nigeria butuh peterluangan fiskal & moneter

Jakarta. Ekonomi Nigeria masih mengkhawatirkan pasar. Penurunan harga minyak mentah dunia jadi penyebab utama perlambanan ekonomi hadapan sana.
Laporan National Bureau of Statistics menunjukkan pertumbuhan ekonomi Nigeria kuartal tiga 2016 sekadar 2,2% atau secercah lebih baik mengenai kuartal sebelumnya yang berada di level 2,1%. Hanya saja angka ini suntuk di bawah tahun kuartal tiga 2015 kalakian.
Penyebab utamanya datang melalui penurunan harga minyak mentah dunia nan berimbas demi penurunan pemaberkenann negara. Sebab, minyak mentah memang menyumbang pendapatan teragam Nigeria. Belum lagi beberapa waktu lalu serangan militan dempet jalur distribusi minyak teragam Nigeria sejenjang sungai Niger turut mengganggu perekonomian negara.
"Harapannya ada pertidak emosian dalam sektor perminyakan tapi ternyata tidak terjadi. Artinya wajib ada gerakan peterluangan fiskal selanjutnya moneter untuk dapat menopang ekonomi Nigeria lebih tidak emosi dalam masa depan," kata Michael Famoroti, Ekonom Lagos based Vetiva Capital Management sebagai dikutip Bloomberg.
Secara detil dilaporkan sektor industri minyak Nigeria turun 22% dibanding kuartal tiga 2015. Sejalan atas produksi pabrikan yang merosot 4,4% atau sudah turun selama tiga kuartal berturut-turut dan konstruksi mengempis 6,2% yang merupakan penurunan beruntun dalam lima kuartal. "Target inflasinya masih akan tetap canggih menjumpai dikejar tahun ini, maka diperlukan gendut perberkenanrelaan antara berbagai sektor terutama industri perminyakan," ujar Famoroti.
Sajian gambaran ekonomi Nigeria bahwa buruk mengarahkan IMF atas dugaan GDP Nigeria di tahun 2016 ini hanya atas di level 1,7%.